Permasalahan manusia dengan uang merupakan hal yang klasik, bahkan banyak manusia yang mendewakan uang dengan mengatakan bahwa uang adalah segalanya. Tidak sedikit manusia yang menghalalkan berbagai cara untuk memiliki lembaran-lembaran kertas yang bernilai itu, meskipun hanya untuk bertahan hidup. Seperti yang dihadapi oleh May (Chindy Anggrina) yang mempunyai masalah keluarga. Gadis berusia 16 tahun itu melarikan diri dari rumah. Dalam pelariannya May bertemu dengan Shasi (Arumi Bachsin), seorang mucikari yang menjual teman-teman SMA-nya, yang memberikan izin untuk tinggal di sebuah kost bersama dengan seorang gadis bernama Andhara (Okkie Callerista) yang berprofesi sebagai bartender di sebuah klub.
Saat tinggal di kost tersebut May berkenalan dengan Dessy (Leylarey Lesesne) yang berprofesi sebagai penari striptease di sebuah klub tempat Andhara juga bekerja. Meskipun May telah berjanji dengan Andhara bahwa dirinya tidak akan pernah menjadi seorang striptease, tiba-tiba saja ia harus mengingkari janjinya tersebut.
May dikabarkan oleh adiknya bahwa ibunya sedang sakit dan membutuhkan biaya pengobatan. Tanpa banyak basa-basi akhirnya May memutuskan untuk bekerja dengan menjadi seorang striptease. Namun di tengah-tengah musibah yang ia hadapi, ia kembali harus menerima cobaan. Sahabatnya Andhara ditangkap polisi karena membawa narkoba, dan membutuhkan uang 30 juta untuk bebas bersyarat. May pun langsung meminta Shasi untuk menjual dirinya.
Nayato Fio Nuala yang duduk sebagai sutradara kembali menampilkan film dengan tema remaja. Seperti biasa Nayato menggambarkan fenomena yang terjadi kehidupan anak muda sekarang dalam bentuk kehidupan dunia malam dengan berbagai profesi dan masalah yang ada. Arumi Bachsin yang berperan sebagai mucikari cukup membuat decak kagum dengan aktingnya yang sangat natural. Arumi berhasil membuat penonton masuk ke dalam perannya sebagai mucikari, dan mempunyai hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya yang selalu bergonti-ganti pasangan. Arumi menunjukkan dengan baik bagaimana berakting seperti seorang mucikari seharusnya, acungan jempol rasanya tidak berlebihan untuk aktingnya tersebut.
Terlepas dari pemain, sang sutradara yang juga mempunyai nama lain Koya Pagayo, Ian Jacobs, Pingkan Utari dan Ciska Doppert itu memberikan sentuhan warna kota saat malam dengan apik. Meskipun dengan hanya menggunakan beberapa lampu neon yang ditempatkan pada sisi jembatan pada malam hari dan dibalut oleh kepulan asap, namun gambar yang dihasilkan mampu memanjakan penontonnya. Ya, ciri khas Nayato memang tidak hilang dari film Not For Sale dengan memberikan sinematografi yang indah untuk mendramatisir setiap scene-nya.
Terlepas dari pemeran dan sinematografi, begitu pula naskah yang dirajut oleh Viva Westi. Walaupun saat penggambaran banyak menceritakan gemerlapnya kehidupan malam dengan balutan masalah-masalah yang ada, namun si penulis mampu menyelipkan beberapa pesan yang ingin disampaikan. “Kesucian gue hanya gue berikan kepada orang yang bener-bener gue cinta, bukan untuk dijual!!,” kata Shasi ,sang mucikari dalam film produksi Rapi Film tersebut. (eM_Yu)
http://www.21cineplex.com/slowmotion/not-for-sale-kesucian-bukan-untuk-dijual,1465.htm
No comments:
Post a Comment